Catatan Perjalanan :

Keliling Setengah Amerika

 

37.   Sejenak Di Tepi Danau Ozark

 

Memulai perjalanan meninggalkan Columbia di hari Jum’at siang, 14 Juli 2000, sekitar jam 2:30, saya langsung menuju ke jalan Hwy 63 dan melaju ke arah selatan. Rencana semula, dari kota Columbia saya akan menuju ke kota Oklahoma City di negara bagian Oklahoma. Namun mengingat bahwa sudah menjelang sore hari saya baru memulai perjalanan, maka jarak yang dapat saya tempuh hari itu tentu tidak akan terlalu jauh. Setelah saya hitung-hitung, saya merencanakan untuk mencapai kota Tulsa juga di negara bagian Oklahoma. Jarak yang harus saya tempuh sekitar 372 mil (595 km).

 

Sekitar setengah jam mengikuti jalan Hwy 63, saya tiba di kota Jefferson City yang adalah ibukota negara bagian Missouri. Ibukota yang berpenduduk sekitar 35,500 jiwa dan berada di elevasi 169 m di atas permukaan laut ini saya lewati saja.

 

Dari Jefferson City saya berpindah ke jalan Hwy 54 yang menuju ke arah barat daya yang selanjutnya akan menuju ke kota Lake Ozark dan Osage Beach yang letaknya saling berdekatan. Sekitar setengah jam kemudian, mengikuti petunjuk arah yang keluar dari Hwy 54 menuju ke Bagnell Dam, akhirnya saya tiba di Lake Ozark.

 

***

 

Kota Lake Ozark yang terletak di tepi danau Ozark adalah salah satu kota tujuan wisata yang cukup terkenal di Missouri. Oleh karena itu kota kecil yang hanya berpopulasi sekitar 700 jiwa ini tampak selalu ramai oleh para wisatawan. Selain mereka yang datang untuk sekedar berenang atau memancing, juga tersedia sarana untuk berperahu atau berski air, juga Mall serta sarana perbelanjaan lainnya.

 

Danau Ozark adalah sebuah danau yang terbentuk sebagai akibat dari pembangunan bendungan Bagnell. Danau buatan yang berbentuk tidak beraturan, berjari-jemari dan menyerupai liong (ular naga Cina) ini juga dijuluki dengan “Big Dragon”. Panjang total jari-jemari danaunya mencapai lebih 200 km dengan total garis pantainya mencapai 1,840 km, membentuk permukaan danau seluas lebih dari 24,500 ha.

 

Bendungan Bagnell sendiri dibangun dengan membendung sungai Osage, karena itu pada salah satu sisi danau di bagian tenggara dari Danau Ozark ini juga terkenal dengan pantainya yang bernama Osage Beach. Pantai dan bagian tenggara danau ini termasuk ke dalam kawasan taman negara yang disebut dengan Lake of the Ozark State Park yang luas seluruhnya mencapai 6,880 ha yang mencakup juga kawasan hutan di wilayah perbukitan di sekitarnya. 

 

Danau Bagnell yang konstruksinya mempunyai tinggi sekitar 52 m dan panjangnya sekitar 460 m, pembangunannya memerlukan waktu cukup lama. Pertama kali dibangun tahun 1924 yang konsep awalnya sudah dimulai sejak tahun 1912 oleh seorang bernama Ralph W. Street. Namun kemudian mengalami kesulitan pembiayaan sehingga terhenti pada tahun 1926. Baru akhirnya pada tahun 1931 pembangunan bendungan ini berhasil diselesaikan. 

 

Di Danau Ozark inilah kami tidak melewatkan kesempatan untuk sejenak berhenti dan duduk-duduk beristirahat di pinggir jalan di tepian danau. Menikmati pemandangan alam danau dan perbukitan hijau dengan hembusan angin yang memberi kesegaran di tengah udara siang yang masih panas. Tidak lupa kami juga memanfaatkan kesempatan untuk berjalan-jalan keluar-masuk pertokoan. Beberapa toko tradisional yang sempat kami masuki yang ada di deretan pinggir jalan ternyata dimiliki oleh orang-orang berdarah Indian. Sedangkan kompleks perbelanjaan lainnya yang lebih modern berada di bangunan Mall.

 

Danau, sungai, bendungan, hutan dan perbukitan, adalah paduan tempat tujuan wisata yang mudah dan banyak dijumpai dimana-mana. Namun meskipun Danau Ozark adalah tempat tujuan wisata yang sebenarnya biasa-biasa saja, ternyata dapat menarik banyak pengunjung.

 

Keindahan alam yang kurang-lebihnya sama pernah saya jumpai di Indonesia, antara lain di lokasi Waduk Karangkates dan Selorejo (Jatim), Waduk Sempor (Jateng) dan Waduk Jatiluhur (Jabar). Hanya saja, meskipun salah satu manfaat dibangunnya waduk adalah sebagai tempat rekreasi, namun sebenarnya masih miskin dengan kandungan rekreatifnya. Hanya mereka yang kreatif saja yang akan dapat merasakan unsur rekreatifnya.

 

Terasa tidak mudah, di lokasi waduk-waduk itu untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan waduk, bendungan, areal sekitarnya, sejarahnya, dsb. kecuali bagi mereka yang berkunjung dalam rangka study tour yang tentunya sudah ada korespondensi sebelumnya. Namun bagi pengunjung umum, ya paling-paling hanya sekedar datang, menikmati pemandangan alam yang berbeda sambil kepanasan, lalu pulang. Masih untung kalau sempat berfoto-foto.

 

Padahal para pengunjung itu biasanya sudah siap untuk membelanjakan uangnya. Minimal untuk membeli makan, minum, sekedar oleh-oleh atau cendera mata yang khas. Kalaupun ditarik bayaran untuk menikmati sekedar fasilitas rekreasi yang disediakan, rasanya juga wajar.

 

Dari beberapa bendungan besar di Jawa yang pernah saya kunjungi, hanya Waduk Selorejo di Jatim yang masih dapat saya ingat dengan lebih baik. Sedangkan waduk-waduk lainnya kurang meninggalkan kesan di ingatan saya, barangkali memang “kurang” (eufemisme untuk “tidak”) menarik. Tapi itu pengalaman sekian tahun yang lalu. Kini, Waduk Kedungombo barangkali malah lebih menarik, bukan waduknya melainkan karena tak kunjung usai dirundung masalah.

 

Sangat saya pahami bahwa memang tidak mudah “menjual” obyek wisata waduk dengan memberi sedikit sentuhan ber-nilai tambah. Bagi kita masyarakat negara berkembang, hal-hal semacam ini seringkali dilematis. Di satu pihak, investor mikir-mikir apa kira-kira uangnya akan kembali kalau ditanamkan di sana. Di lain pihak, masyarakat mengatakan : “Lha wong enggak ada apa-apanya kok disuruh rekreasi ke sana”.

 

Barangkali pemerintah perlu menjembatani, minimal memberi kemudahan yang layak untuk melakukan studi kelayakan bagi calon penanam modal. Tapi, lagi-lagi….. (menirukan celetukan “coro Londo” yang sedang digandrungi anak-anak saya, yang saking seringnya diucapkan jadi suka membikin kesal orang tuanya) : “Who cares …..?”.

 

***

 

Sebagai negara bagian yang hampir semua wilayahnya dapat dikatakan berupa dataran rendah yang rata nyaris tidak bergunung-gunung, maka kawasan Lake Ozark, Osage Beach dan Bagnell Dam menjadi kawasan yang menarik untuk menjadi pilihan kunjungan wisata di Missouri. Selebihnya, negara bagian Missouri ini ternyata juga menyimpan nama-nama tenar yang menjadi kebanggaan masyarakat Missourian. Nama-nama seperti Mark Twain, Daniel Boone, Laura Ingalls, adalah sebagian di antaranya yang pernah juga populer hingga ke Indonesia.

 

Mark Twain adalah nama samaran yang disandang oleh penulis ceritera yang bernafas filosofis dan berbau humor, bernama Samuel Clemens. Mark Twain alias Samuel Clemens tinggal di kota Hannibal yang terletak di ujung timur laut negara bagian Missouri.

 

Kota Hannibal banyak digunakan sebagai latar belakang bagi kejadian-kejadian yang diabadikan dalam karangannya yang sangat populer, yaitu “The Adventure of Huckleberry Finn” dan “The Adventures of Tom Sawyer”. Dari kedua ceritera itulah lalu muncul tokoh fiktif terkenal, Tom Sayer dan Huck Finn yang kini patungnya dapat dijumpai di kota Hannibal, termasuk rumah dimana Mark Twain pernah menuliskan karyanya.

 

Nama Mark Twain, kini juga diabadikan menjadi nama taman hutan nasional di Missouri, yaitu Mark Twain National Forest. Hutan Mark Twain yang luas keseluruhannya mencapai lebih 596,000 ha terletak menyebar di beberapa lokasi di bagian selatan Missouri. Paling tidak, mencakup sembilan kawasan taman hutan nasional yang lokasinya saling terpisah, pada elevasi bervariasi antara 70 m hingga 540 m di atas permukaan laut.

 

Nama lainnya yang pernah akrab di telinga orang Indonesia adalah Daniel Boone yang filmnya pernah diputar di layar hitam-putihnya TVRI pada sekitar sebelum tahun 70-an. Atau mungkin juga terpaksa dikenal karena waktu itu memang belum ada pilihan film India, atau serial silat Mandarin, atau Maria Marcedes, atau drama nasional yang sering “menggemaskan” di saluran-saluran swasta.

 

Kisah Daniel Boone adalah sebuah legenda tentang seorang petualang dan penjelajah yang lahir pada tanggal 2 Nopember 1734 di kota Reading, Pennsylvania. Di masa kecil dan masa mudanya Daniel bersama keluarganya hidup berpindah-pindah tempat. Sebagai penjelajah, ia juga seorang pemburu yang handal. Wilayah-wilayah yang pernah ditinggalinya bersama keluarganya dan dijelajahinya antara lain North Carolina, Kentucky, Ohio, West Virginia, hingga akhirnya ke Missouri pada tahun 1799 karena terjerat hutang yang dibawanya dari Kentucky.

 

Di kota Defiance, Missouri, ia menerima hibah tanah dan menjadi pelayan masyarakat sebagai hakim. Daniel, sang petualang dan penjelajah ini akhirnya meninggal pada tahun 1820 di kota Defiance dalam usia 85 tahun, beberapa tahun setelah ia dipaksa menjual tanahnya guna menyelesaikan hutangnya di Kentucky. Rumah Daniel Boone kini masih terurus dengan baik dan dapat dijumpai di kota Defiance.

 

***

 

Kami memang tidak sempat mengunjungi rumah Mark Twain di Hannibal atau Daniel Boone di Defiance karena letaknya terlalu jauh menyimpang ke ujung timur dari rute yang kami lalui. Namun Selagi melintasi wilayah Missouri, saya ingin mengenang kembali nama-nama yang dulu pernah saya kenal di Indonesia dan ternyata kini saya temukan ada di Missouri.

 

Ketika hendak meninggalkan Danau Ozark dan akan kembali masuk ke jalan Hwy 54, saya melihat di sebelah selatan danau ada obyek wisata gua Ozarks. Tetapi karena sore itu kami tidak ingin kehilangan waktu terlalu banyak, maka niat mengunjungi gua Ozark terpaksa dibatalkan. Sekitar satu jam kami beristirahat di tepi Danau Ozark, setelah itu perjalanan pun kami lanjutkan dengan mengikuti jalan Hwy 54 yang menuju ke arah barat daya.- (Bersambung)

 

 

Yusuf Iskandar

 

 

 

Beristirahat di tepi danau Ozark, Missouri

 

[Sebelumnya][Kembali][Berikutnya]